Propublik.id, Jakarta-Ekonom senior Indef Didik J Rachbini mengeluarkan kritik keras kepada Pemerintah Pusat yang dipandang kurang sigap dalam mengantisipasi terjadinya pertumbuhan minus ekonomi nasional. pengeluaran pemerintah yang seharusnya menjadi pendorong perputaran roda ekonomi ternyata tidak bekerja maksimal.
“Fungsi pemerintah untuk menahan pertumbuhan minus tidak berjalan. Pilar utama yang seharusnya berfungsi menahan pertumbuhan minus justru tidak berfungsi. Pilar utama di pemerintah ambruk,” tegas Didik Rachbini dalam konferensi pers virtual yang digelar Indef, Kamis (6/8/2020).
Pernyataan tersebut disampaikan Didik menyusul rilis BPS sehari sebelumnya yang menunjukkan minimnya pertumbuhan belanja pemerintah. Data menunjukkan kontraksi yang terjadi pada sektor konsumsi pemerintah pada Kuartal II/2020 mencapai -6,9 persen (Y-on-Y).
Didik menilai wajar jika Presiden Joko Widodo sempat marah. Pasalnya, kinerja belanja pemerintah yang seharusnya menjadi andalan untuk mengatasi resesi justru menjadi kartu mati. Rendahnya penyerapan anggaran yang terjadi pada Kuartal II/2020 bertolak belakang dengan yang terjadi pada tahun 2019. Saat itu, belanja pemerintah justru tumbuh pesat hingga 8,23%.
Dia menilai saat ini sektor swasta tengah mengalami tekanan berat dan konsumsi rumah tangga pun terimbas kondisi ekonomi. Hal serupa terjadi pada sektor ekspor-impor yang tertahan karena kebijakan lockdown ataupun kebijakan pembatasan aktivitas. Maka eksekusi konsumsi pemerintah perlu dieksekusi secara cepat melalui kebijakan riil.
Kelemahan lain yang dikritisi adalah terkait penanganan pandemi Covid1-19 yang lebih mengandalkan kerja pemerintah daerah. Padahal sumber daya yang dimiliki daerah terbilang sangat terbatas jika dibandingkan Pemerintah Pusat.
“Yang pegang ratusan triliun, ribuan triliun itu pemerintah pusat. Tapi, pandemi diserahkan ke pemerintah daerah. Itu tidak fair,” ujar Didik dalam konferensi pers bertema “Hadapi Resesi, Lindungi Rakyat: Respon Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2020”.
Diberitakan sebelumnya, BPS telah merilis data ekonomi nasional Kuartal II/2020. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi hingga -5,32% (Y-on-Y). Struktur PDB dari sisi pengeluaran pun menunjukkan data yang tidak menggembirakan. Semua elemen terkontraksi negatif, baik Konsumsi Rumah Tangga (-5,51%), Konsumsi LNPRT (-7,76%), Konsumsi Pemerintah (-6,90%), PMTB (-8,61%), ekspor (-11,66%), dan impor (-16,96%).
Editor: Edward Panggabean