Propublik.id, Jakarta-Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengungkapkan bahwa ekonomi nasional mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen (Y-on-Y) sebagai dampak pandemi global Covid-19. Lantas, bagaimana kondisi ekonomi negara-negara yang menjadi mitra dagang utama RI?
“Ekonomi mitra dagang utama umumnya mengalami kontraksi, kecuali Tiongkok,” kata Kepala BPS K Suhariyanto saat merilis Data BPS di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Tiongkok merupakan mitra dagang nomor satu. Pangsa ekspor Indonesia ke Tiongkok 20,82 persen dari total ekspor RI. Jika pada Kuartal I/2020 Tiongkok mencatat pertumbuhan minus 6,8%, namun pada Kuartal II, negara manufaktur terbesar ini telah mencatat pertumbuhan positif 3,2%.
Amerika Serikat menjadi mitra dagang nomor dua. Pangsa ekspor RI ke AS sebesar 11,42%. Ekonomi AS mengalami kontraksi yang lebih dalam pada Kuartal II/2020. Jika pada Kuartal I, AS masih mencatat pertumbuhan tipis di angka 0,3%, maka pada Kuartal II, pertumbuhan AS sudah -9,5%. Kontraksi yang sama dialami oleh Singapura yang menjadi tujuan ekspor RI nomor 3. Pangsa pasar ekspor ke Singapura mencapai 5,70%. Negara yang telah mengumumkan terjadinya resesi ini mengalami kontraksi yang semakin dalam. Pertumbuhan negatif yang dialami Singapura mencapai -12,6%.
Pertumbuhan negatif tertinggi terjadi di Uni Eropa. Mitra dagang RI nomor tujuh ini mencatat pertumbuhan -14,4%, semakin dalam dibandingkan Kuartal I/2020 yang berada di level -2,5%. Kontraksi juga dialami oleh Vietnam sebagai mitra dagang nomor lima. Meskipun masih tumbuh tipis (0,4%), namun angka tersebut turun dibandingkan Kuartal I/2020 yang mencatat pertumbuhan 3,8%.
Dua mitra dagang lainnya juga sudah menyentuh angka minus, yakni Korea Selatan dan Hong Kong. Korsel yang masih bertumbuh positif di Kuartal I/2020, sekarang telah berada di level -2,9%. Sementara itu, Hong Kong mencatat angka -9,0% pada Kuartal II/2020.
Dari data pertumbuhan negara-negara yang menjadi mitra dagang utama terlihat bahwa kontraksi yang dialami ekonomi RI belum sedalam yang terjadi pada sejumlah mitra dagang utama, seperti AS, Singapura, Hong Kong, dan Uni Eropa. Namun, penurunan yang terjadi terhitung cukup jauh, yakni dari 2,97% pada Kuartal I/2020 menjadi 5,32% pada Kuartal II. Ini berbeda dengan yang terjadi pada Vietnam dan Korsel yang mengalami kontraksi tipis.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, data BPS menunjukkan bahwa kontraksi yang dialami ekonomi RI adalah yang terendah sejak Kuartal I/1999, yaitu pada periode krisis finansial global. Saat itu pertumbuhan negatif yang dialami RI mencapai -6,13%.
Editor: Edward Panggabean