Propublik.id, Jakarta-PT Pertamina (Persero) menjalin kerjasama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk mengembangkan industri petrokimia. Kerjasama ini diharapkan dapat menekan ketergantungan impor bahan baku petrokimia yang sangat besar.
Kerjasama ini diwujudkan melalui penandatangan Head of Agreement (HoA) antara Pertamina, melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Chandra Asri yang dilangsungkan di Gedung Utama PT Pertamina, Jl. Medan Merdeka Timur No 1 A, Jakarta Pusat, Selasa (25/8/2020).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan kebutuhan akan produk petrokimia di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini berdampak pada kebutuhan impor yang terhitung tinggi. Kondisi ini juga membuka peluang bisnis yang sangat besar ke depan.
“Pada Tahun 2019 lalu, waktu itu kita melakukan penjajakan secara umum untuk melihat potensi kerja sama, melihat peluang pengembangan petrochemical dalam rangka menurunkan impor. Hal tersebut sesuai dengan arahan Bapak Presiden dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pabrik yang menghasilkan import subtitution,” kata Nicke.
Dia menambahkan, musuh bersama industri nasional adalah ketergantungan impor. Karena itu dia mengajak semua pihak untuk bersinergi. Kerjasama dimaksud tidak sebatas antar-BUMN, tetapi juga perlu melibatkan industri swasta terkait, termasuk Chandra Asri yang merupakan salah satu raksasa industri petrokimia Tanah Air.
“Saat ini Pertamina juga menghasilkan beberapa produk yang menjadi bahan baku petrokimia. Maka dirasa tepat jika petrokimia menjadi hilirisasi produk kilang-kilang Pertamina. Semua pihak perlu bersinergi agar Indonesia bisa lebih mandiri,” ujar Nicke.
Nicke menegaskan, Pertamina siap bersama dengan Chandra Asri untuk mengembangkan kilang petrokimia. Saat ini, Pertamina sudah memiliki kilang yang diupgrade dengan kemampuan berbasis petrokimia, yaitu RDMP Balikpapan, Balongan, dan Cilacap. Sementara itu, Kilang Dumai akan di-upgrade untuk meningkatkan kerjasama hulu dan hilir.
Sementara itu, Komisaris PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Agus Salim Pengestu mengaku senang dengan adanya kerja sama dengan Pertamina dalam bisnis petrokimia. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan industri petrokimia di Indonesia semakin maju.
“Setelah ini kita dapat mulai studi kelayakan, selain itu ada banyak opportunity eksplorasi bisnis petrokimia dalam negeri maupun Asia. Kami yakin bahwa potensi kerja sama di antara kedua pihak masih luas,” jelas Agus Salim.
Sebelumnya, Pertamina dan Chandra Asri Petrochemical telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada 1 Oktober 2019 untuk menjalin sinergi bisnis petrokimia nasional. Hal ini didasari karena tingginya kebutuhan petrokimia di dalam negeri yang saat ini masih diimpor dalam jumlah yang tinggi (defisit).
Kondisi ini sudah disinggung Presiden Joko Widodo saat mengunjungi Kilang TPPI Tuban, Jawa Timur pada Desember 2019. Dia mendesak direksi Pertamina untuk mempercepat penggarapan sektor petrokimia demi melakukan substitusi impor. Menurut Jokowi, kemandirian di sektor petrokimia bisa menghemat devisa sebesar US$ 4,9 miliar atau sekitar Rp 56 triliun per tahun.
Editor: Dwi Christianto