ProPublik.id, Jakarta-Pimpinan Kejaksaan Agung terus mengingatkan jajarannya untuk bangun kepercayaan publik ditengah kepastian hukum di era kemajuan teknologi saat ini, karenanya jajaran internal Kejaksaan di tuntut untuk terus memperbaiki diri dengan menata prilaku dan tata kerja melalui inovasi dan karya yang nantinya bisa dirasakan oleh masyarakat.
Setia Untung Arimuladi, selaku Wakil Jaksa Agung yang juga Ketua Tim pengarah reformasi Birokrasi Kejaksaan terus memberi perhatian kepada pimpinan Kejaksaan dari Sabang sampai Merauke agar menjadi teladan dengan memiliki kemampuan dalam memimpin dan memberi contoh yang baik kepada jajaran unit kerja dibawahnya.
“Jadilah role model atau teladan untuk mengembangkan keterampilan, yang diperlukan bagaimana mengubah cara orang berpikir, berperilaku, dan bekerja,” ucap Setia Untung kepada Para Kajati dan Kajari saat Video Confrence di Command Center Badiklat Kejaksaan, Ragunan, Jakarta, Kamis (9/7/2020).
Menurutnya, pemimpin harus bisa mendidik, melatih, berkomunikasi, dan menjadi mentor untuk mengembangkan organisasi Kejaksaan agar lebih maju.
“Pesan saya, bekerja yang paripurna adalah bagaimana cara kita mendidik bawahan untuk mampu berkarya dengan ikhlas,” ungkapnya.
Setia Untung, menekankan sesuai
Peraturan Jaksa Agung (Perja) Nomor 13/A/JA/11/2017 tentang Strategi Kepemimpinan bahwa Penanggung Jawab dari Perja tersebut adalah Wakil Jaksa Agung dan Penangung jawab lapangan yang melakukan sosialiasasi adalah Kepala Badan Diklat Kejaksaan, saat ini di jabat oleh Tony T. Spontana.
“Berkaitan dengan ini, kita semua sedang melaksanakan kegiatan-kegiatan diantaranya adalah unit kerja tengah meraih Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), tentunya dalam meraih dalam predikat-predikat tersebut dibutuhkan seorang pemimpin, seorang leader (Pemimpin) role model,” ujarnya.
Karena itu, Setia Untung menghimbau kepada jajarannya untuk melakukan perbuatan yang lebih baik, demi kejayaan Korps Adhyaksa, sebabnya strategi kepemimpinan merupakan pedoman dan tolak ukur kinerja bagi para Kajati dan Kajari.
“Jadi kami ulangi lagi strategi kepemimpinan adalah tolak ukur bagi Kajati dan Kajari. Mengapa seperti itu kita butuh pemimpin yang menguasai berbagi lini sebagi tugas pokok dan fungsinya,” imbuhnya.
Karena itu, dia mengapresiasi jajaran Kajati dan Kajari yang sudah melaksanakan semuanya, tentunya setiap bertugas di daerah harus berpikir bahwa jabatan tidak seumur hidup, buatlah suatu legacy atau warisan sebagai nilai utama kepemimpinan di wilayah hukum yang jabatnya.
“legacy suatu peninggalan abadi sehingga merupakan suatu kebanggaan bagi rekan-rekan setelah tidak menjabat di daerah tersebut,” tandas peraih WBK/WBBM di Badiklat Kejaksaan itu.
Editor: Edward Panggabean